Metadata buku
Judul :
Islam ditinjau dari berbagai aspeknya
Pengarang :
Prof. DR. Harun Nasution
Penerbit :
Universitas Indonesia (UI-Press)
Halaman :
125 halaman
ISBN :
979-8034-02-3 (jilid 1)
979-8034-03-1 (jilid 2)
Pendahuluan
Di kalangan masyarakat
Indonesia terdapat kesan bahwa Islam itu bersifat sempit. Kesan itu timbul dari
salah pengertian tentang hakikat Islam. Kekeliruan paham ini terdapat bukan
hanya di kalangan bukan umat islam, akan tetapi juga di kalangan umat islam
sendiri, bahkan juga di kalangan sebagian agamawan-agamawan islam.
Kekeliruan paham
itu terjadi karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak dipakai di
Indonesia ditekankan pada pengajaran ibadah, fiqh, tauhid, tafsir, hadist dan
bahasa arab. Oleh karena itu Islam di Indonesia banyak dikenal dari aspek
ibadah, fiqh, dan tauhid saja. Dan itupun, ibadah, fiqh, dan tauhid biasanya
diajarkan hanya menurut satu madzhab dan aliran saja. Hal ini member
pengetahuan yang sempit tentang islam.
Dalam
islam sebenarnya terdapat aspek-aspek
selain dari yang tersebut diatas, seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual
dan moral, aspek sejarah, aspek kebudayaan, aspek politik, aspek hukum, aspek
lembaga-lembaga kemasyarakatan, aspek misticisme, dan tarekat, aspek falsafah,
aspek ilmu pengetahuan, dan aspek pemikiran serta usaha-usaha pembaruan dalam
islam.
BAB I
Agama dan pengertian
agama dalam berbagai bentuknya
Agama mengandung
arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini
mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu
kekuatan gaib yang tak ditangkap dengan pancaindra.
Oleh karena itu
agama diberi definisi-definisi sebagai berikut :
1.
Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia
dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.
Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang
menguasai manusia.
3.
Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang
mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan
yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.
Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang
menimbulkan cara hidup tertentu
5.
Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang
berasal dari suatu kekuatan gaib.
6.
Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7.
Pemuja terhadap kekuatan gaib yang timbul dari
perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar
manusia
8.
Ajaran-ajaran
yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul
Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat primitive ialah
dinamisme, animisme, dan politeisme.
Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib
yang misterius. Animism adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda,
baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Politeisme mengandung
kepercayaan pada dewa-dewa.
BAB II
Islam dalam pengertian yang sebenarnya
Islam
adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada masyarakat manusia
melalui nabi Muhammad SAW. Jadi, islam berlainan dengan apa yang umum
diketahui, bukan hanya mempunyai satu dua aspek, tetapi mempunyai berbagai
aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi,aspek ibadat, aspek moral,
aspek mistisisme, aspek falsafah, aspek sejarah, apek kebudayaan dan lain
sebagainya.
BAB III
Aspek ibadat, latihan spiritual dan
ajaran moral
Tubuh
manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil,
sedangkan roh manusia, bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual.
Dalam islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia
itu. Semua ibadat yang ada dalam islam, salat, puasa, haji dan zakat, bertujuan
membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa tuhan,bahkan senantiasa tidak lupa
pada tuhan, bahkan senantiasa dekat padaNya.
BAB IV
Aspek sejarah dan kebudayaan
Dibagi
menjadi beberapa tahapan 1. Periode klasik (650-1250M). Masa kemajuan islam I
(650-1000M) ; khulafaurasyidin : Abu Bakar (632M), Umar Bin khattab (634-644M),
Utsman bin affan (644-656M), Ali bin Abi Thalib (656-661M). Bani umaayah, Bani
abbasiyah. Masa disintegrasi (1000-1250M). 2. Periode pertengahan (1250-1800M). Masa
kemunduran I (1250-1500M), masa tiga kerajaan besar (1500-1800M). 3. Periode
modern (1800M)
BAB V
Aspek politik
Persoalan
yang pertama-tama timbul dalam islam menurut sejarah bukanlah persoalan tentang
keyakinan malahan persoalan politik. Politik nepotisme ini menimbulkan reaksi
yang tidak menguntungkan, bagi kedudukan usman sebagai khalifah. Timbul tiga
golongan politik, golongan ali yang dikenal dengan nama syiah, golongan yang
keluar dari barisan ali yaitu kaum khawarij dan golongan muawiyah, yang
kemudian membentuk dinasti bani umayah dan membawa system kerajaan dalam islam.
BAB VI
Lembaga-lembaga kemasyarakatan
Islam
dalam sejarah, seperti telah dilihat mengambil bentuk Negara. Sebagai Negara,
islam sudah barang tentu harus mempunyai lembaga-lembaga kemasyarakatan,
seperti pemerintahan, hukum, pengadilan, polisi, pertahanan, dan pendidikan.
Lembaga yang erat hubungannya dengan urusan social dalam islam adalah wakaf.
BAB VII
Aspek hukum
Hukum
yang dipakai dalam islam berdasar pada wahyu. Ayat-ayat yang mengandung dasar
hukum, baik mengenai ibadat maupun mengenai hidup kemasyarakatan, disebut ayat
ahkam. Ayat-ayat ahkam dalam bentuk kedua inilah yang menjadi dasar bagi hukum
yang dipakai untuk mengatur masyarakat dalam islam. Ayat ahkam mengenai
perdagangan/perekonomian juga banyak, karena kemakmuran materil individu dan
keluarga merupakan syarat yang penting pula bagi terwujudnya masyarakat yang
baik. Sebagai dilihat ayat ahkam berjumlah sedikit dan tidak semua persoalan
yang timbul dapat dikembalikan kepada al-qur’an atau sunnah nabi. Khalifah dan
para sahabat mengadakan ijtihad pula. Tetapi turunnya wahyu telah berhenti dan
tidak ada jalan untuk mengetahui benar atau tidaknya ijtihad yang dijalankan di
periode ini. Untuk mengatasi masalah itu, dipakailah ijma’ atau konsensus
sahabat.
BAB VIII
Aspek teologi
Pada suatu ketika wasil
menyatakan suatu pendapat bahwa ia tidak setuju dengan paham, baik yang
dimajukan oleh kaum khawarij maupun oleh kaum murji’ah. Berlawanan dengan kaum
khawarij tetapi sesuai dengan kaum murji’ah. Wasil berpendapat bahwa orang
islam yang berbuat dosa besar tidaklah kafir. Tetapi selanjutnya berlawanan
dengan paham murji’ah orang demikian menurut pandangannya bukanlah orang
mu’min. sebagai hasil dari kontak ini masuklah ke dalam islam paham qadariyah
(free will dan free act) dan paham jabariyah atau fatalisme. Paham-paham yang dimajukan
asy’ari kemudian mengambil bentuk aliran teologi yang dikenal dengan nama
al-asy’ariyah. Diantara pemuka-pemuka al-asy’ariyah termasyhur terdapat
nama-nama Abu bakar al-baqillani. Berbeda dengan aliran-aliran teologi lainnya
aliran asy’ariyah dan aliran maturidiyah masih ada dan inilah pada umumnya yang
dianut oleh umat islam sekarang. Aliran maturidiyah banyak dianut oleh
pengikut-pengikut mazhab abu hanifah. Kedua aliran inilah yang disebut ahli
sunnah. Tetapi dalam pada itu paham rasional yang dibawa oleh kaum mu’tazilah
mulai timbul kembali diabad keduapuluh ini, terutama dikalangan kaum terpelajar
islam. Tetapi bagaimanapun pengikut asy’ariyah jauh lebih banyak daripada
pengikut aliran-aliran lainnya. Dalam teologi islam terdapat pula beberapa
mazhab atau aliran. Aliran-aliran yang ada dan yang mulai timbul kembali ialah
asy’ariyah, maturidiyah dan mu’tazilah
BAB IX
Aspek falsafat
Pemikiran
filosofis masuk ke dalam islam melalui filsafat yunani yang dijumpai ahli-ahli
pikir islam di suria, Mesopotamia, Persia dan mesir. Kebudayaan dan filsafat
yunani datang ke daerah-daerah itu dengan expansi Alexander yang agung ke timur
di abad keempat sebelum kristus. Politik Alexander untuk menyatukan kebudayaan
yunani dan kebudayaan Persia meninggalkan bekas besar di daerah-daerah yang
pernah dikuasainya dan kemudian timbullah pusat-pusat kebudayaan Yunani di
Timur, seperti Alexandria di mesir, Antioch di suria jundysyapur di Mesopotamia
dan Bactra di Persia. Al-kindi bukan hanya filosof tetapi juga ilmuan yang
menguasai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada dizamannya. Al-kindi berpendapat bahwa
antara falsafat dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid dan ilmu teologi
adalah cabang termulia dari falsafat. Falsafat membahas kebenaran atau hakikat.
Filosof besar kedua ialah Abu nashr Muhammad ibn tarkhan ibn uzlagh al-farabi,
anak seorang panglima perang dinasti samani yang dapat memperoleh kekuasaan
otonom atas daerah transoxania. Kalau Al-kindi mendapat gelaran failasuf Al-arab, Al-farabi terkenal
dengan nama Al-mu’allim Al-sani (guru
kedua), Al-muallim Al-awwal (guru
pertama) adalah aristoteles.
BAB X
Aspek mistisisme
Sudah
disebutkan bahwa ada segolongan umat islam yang belum merasa puas dengan
pendekatan diri kepada tuhan melalui ibadat, sholat, puasa dan haji. Mereka
ingin merasa lebih dekat lagi dengan tuhan. Jalan untuk itu diberikan oleh
al-tasawuf. Al-tasawuf atau sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk
menggambarkan mistisisme dalam islam.
Tujuan
dari mistisisme, baik yang didalam maupun yang diluar islam, ialah memperoleh
hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang
berada di hadirat tuhan. Intisari dari mistisime, termasuk dalamnya tassawuf,
adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan
Tuhan, dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran itu selanjutnya
mengambil bentuk rasa dekat sekali dengan tuhan dalam arti bersatu dengan tuhan
yang dalam istilah arab disebut ittihad dan istilah inggris mystical union.
BAB XI
Aspek pembaharuan dalam islam
Kata
yang lebih dikenal dan lebih popular untuk pembaharuan ialah modernisasi.
Modernisasi dalam hidup keagamaan di barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan
ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama katolik dan protestan dengan ilmu
pengetahuan dan falsafat modern. Aliran itu akhirnya membawa kepada sekularisme
di barat. Perlu diingat bahwa ada ajaran-ajaran yang bersifat mutlak yang tak
dapat diubah-ubah. Yang dapat diubah hanyalah ajaran-ajaran yang tidak bersifat
mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi
dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Pembaharuan dapat dilakukan
mengenai interpretasi atau penafsiran dalam aspek-aspek teologi, hukum,
politik, dan seterusnya dan mengenai lembaga-lembaga.
Penutup
Setelah meninjau islam dari berbagai
aspeknya dapatlah kiranya dirasakan ruang lingkup islam tidaklah sempit malahan
luas sekali. Dan dapat pula kiranya dipahami bahwa kalau disebut islam, yang
dimaksud islam bukanlah hanya ibadah, fiqh, tauhid, tafsir, hadis dan akhlak.
Pengertian islam lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya sejarah, peradaban,
falsafat, mistisisme, teologi, hukum, lembaga-lembaga dan politik.
Dalam garis besarnya apa yang terkandung
dalam pengertian islam dapat dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok ajara dan
kelompok non-ajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar