Kamis, 17 Desember 2015

RESENSI BUKU



Metadata buku
Judul                     : Islam ditinjau dari berbagai aspeknya
Pengarang          : Prof. DR. Harun Nasution
Penerbit              : Universitas Indonesia (UI-Press)
Halaman              : 125 halaman
ISBN                      : 979-8034-02-3 (jilid 1)
                                  979-8034-03-1 (jilid 2)

Pendahuluan
Di kalangan masyarakat Indonesia terdapat kesan bahwa Islam itu bersifat sempit. Kesan itu timbul dari salah pengertian tentang hakikat Islam. Kekeliruan paham ini terdapat bukan hanya di kalangan bukan umat islam, akan tetapi juga di kalangan umat islam sendiri, bahkan juga di kalangan sebagian agamawan-agamawan islam.
Kekeliruan paham itu terjadi karena kurikulum pendidikan agama islam yang banyak dipakai di Indonesia ditekankan pada pengajaran ibadah, fiqh, tauhid, tafsir, hadist dan bahasa arab. Oleh karena itu Islam di Indonesia banyak dikenal dari aspek ibadah, fiqh, dan tauhid saja. Dan itupun, ibadah, fiqh, dan tauhid biasanya diajarkan hanya menurut satu madzhab dan aliran saja. Hal ini member pengetahuan yang sempit tentang islam.
                Dalam islam sebenarnya terdapat  aspek-aspek selain dari yang tersebut diatas, seperti aspek teologi, aspek ajaran spiritual dan moral, aspek sejarah, aspek kebudayaan, aspek politik, aspek hukum, aspek lembaga-lembaga kemasyarakatan, aspek misticisme, dan tarekat, aspek falsafah, aspek ilmu pengetahuan, dan aspek pemikiran serta usaha-usaha pembaruan dalam islam.
               








BAB I
Agama dan pengertian agama dalam berbagai bentuknya
Agama mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak ditangkap dengan pancaindra.
Oleh karena itu agama diberi definisi-definisi sebagai berikut :
1.       Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.       Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3.       Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.
4.       Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu
5.       Suatu system tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari suatu kekuatan gaib.
6.       Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib.
7.       Pemuja terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia
8.       Ajaran-ajaran  yang diwahyukan tuhan kepada manusia melalui seorang rasul
Agama-agama yang terdapat dalam masyarakat primitive ialah dinamisme, animisme, dan politeisme.
Agama dinamisme mengandung kepercayaan pada kekuatan gaib yang misterius. Animism adalah agama yang mengajarkan bahwa tiap-tiap benda, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Politeisme mengandung kepercayaan pada dewa-dewa.

BAB II
Islam dalam pengertian yang sebenarnya

                Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan tuhan kepada masyarakat manusia melalui nabi Muhammad SAW. Jadi, islam berlainan dengan apa yang umum diketahui, bukan hanya mempunyai satu dua aspek, tetapi mempunyai berbagai aspek. Islam sebenarnya mempunyai aspek teologi,aspek ibadat, aspek moral, aspek mistisisme, aspek falsafah, aspek sejarah, apek kebudayaan dan lain sebagainya.

BAB III
Aspek ibadat, latihan spiritual dan ajaran moral

                Tubuh manusia berasal dari materi dan mempunyai kebutuhan-kebutuhan materil, sedangkan roh manusia, bersifat immateri dan mempunyai kebutuhan spiritual. Dalam islam ibadatlah yang memberikan latihan rohani yang diperlukan manusia itu. Semua ibadat yang ada dalam islam, salat, puasa, haji dan zakat, bertujuan membuat roh manusia supaya senantiasa tidak lupa tuhan,bahkan senantiasa tidak lupa pada tuhan, bahkan senantiasa dekat padaNya.

BAB IV
Aspek sejarah dan kebudayaan
               
                Dibagi menjadi beberapa tahapan 1. Periode klasik (650-1250M). Masa kemajuan islam I (650-1000M) ; khulafaurasyidin : Abu Bakar (632M), Umar Bin khattab (634-644M), Utsman bin affan (644-656M), Ali bin Abi Thalib (656-661M). Bani umaayah, Bani abbasiyah. Masa disintegrasi (1000-1250M).  2. Periode pertengahan (1250-1800M). Masa kemunduran I (1250-1500M), masa tiga kerajaan besar (1500-1800M). 3. Periode modern (1800M)

BAB V
Aspek politik

                Persoalan yang pertama-tama timbul dalam islam menurut sejarah bukanlah persoalan tentang keyakinan malahan persoalan politik. Politik nepotisme ini menimbulkan reaksi yang tidak menguntungkan, bagi kedudukan usman sebagai khalifah. Timbul tiga golongan politik, golongan ali yang dikenal dengan nama syiah, golongan yang keluar dari barisan ali yaitu kaum khawarij dan golongan muawiyah, yang kemudian membentuk dinasti bani umayah dan membawa system kerajaan dalam islam.

BAB VI
Lembaga-lembaga kemasyarakatan

                Islam dalam sejarah, seperti telah dilihat mengambil bentuk Negara. Sebagai Negara, islam sudah barang tentu harus mempunyai lembaga-lembaga kemasyarakatan, seperti pemerintahan, hukum, pengadilan, polisi, pertahanan, dan pendidikan. Lembaga yang erat hubungannya dengan urusan social dalam islam adalah wakaf.

BAB VII
Aspek hukum

                Hukum yang dipakai dalam islam berdasar pada wahyu. Ayat-ayat yang mengandung dasar hukum, baik mengenai ibadat maupun mengenai hidup kemasyarakatan, disebut ayat ahkam. Ayat-ayat ahkam dalam bentuk kedua inilah yang menjadi dasar bagi hukum yang dipakai untuk mengatur masyarakat dalam islam. Ayat ahkam mengenai perdagangan/perekonomian juga banyak, karena kemakmuran materil individu dan keluarga merupakan syarat yang penting pula bagi terwujudnya masyarakat yang baik. Sebagai dilihat ayat ahkam berjumlah sedikit dan tidak semua persoalan yang timbul dapat dikembalikan kepada al-qur’an atau sunnah nabi. Khalifah dan para sahabat mengadakan ijtihad pula. Tetapi turunnya wahyu telah berhenti dan tidak ada jalan untuk mengetahui benar atau tidaknya ijtihad yang dijalankan di periode ini. Untuk mengatasi masalah itu, dipakailah ijma’ atau konsensus sahabat.

BAB VIII
Aspek teologi
                                Pada suatu ketika wasil menyatakan suatu pendapat bahwa ia tidak setuju dengan paham, baik yang dimajukan oleh kaum khawarij maupun oleh kaum murji’ah. Berlawanan dengan kaum khawarij tetapi sesuai dengan kaum murji’ah. Wasil berpendapat bahwa orang islam yang berbuat dosa besar tidaklah kafir. Tetapi selanjutnya berlawanan dengan paham murji’ah orang demikian menurut pandangannya bukanlah orang mu’min. sebagai hasil dari kontak ini masuklah ke dalam islam paham qadariyah (free will dan free act) dan paham jabariyah atau fatalisme. Paham-paham yang dimajukan asy’ari kemudian mengambil bentuk aliran teologi yang dikenal dengan nama al-asy’ariyah. Diantara pemuka-pemuka al-asy’ariyah termasyhur terdapat nama-nama Abu bakar al-baqillani. Berbeda dengan aliran-aliran teologi lainnya aliran asy’ariyah dan aliran maturidiyah masih ada dan inilah pada umumnya yang dianut oleh umat islam sekarang. Aliran maturidiyah banyak dianut oleh pengikut-pengikut mazhab abu hanifah. Kedua aliran inilah yang disebut ahli sunnah. Tetapi dalam pada itu paham rasional yang dibawa oleh kaum mu’tazilah mulai timbul kembali diabad keduapuluh ini, terutama dikalangan kaum terpelajar islam. Tetapi bagaimanapun pengikut asy’ariyah jauh lebih banyak daripada pengikut aliran-aliran lainnya. Dalam teologi islam terdapat pula beberapa mazhab atau aliran. Aliran-aliran yang ada dan yang mulai timbul kembali ialah asy’ariyah, maturidiyah dan mu’tazilah

BAB IX
Aspek falsafat

                Pemikiran filosofis masuk ke dalam islam melalui filsafat yunani yang dijumpai ahli-ahli pikir islam di suria, Mesopotamia, Persia dan mesir. Kebudayaan dan filsafat yunani datang ke daerah-daerah itu dengan expansi Alexander yang agung ke timur di abad keempat sebelum kristus. Politik Alexander untuk menyatukan kebudayaan yunani dan kebudayaan Persia meninggalkan bekas besar di daerah-daerah yang pernah dikuasainya dan kemudian timbullah pusat-pusat kebudayaan Yunani di Timur, seperti Alexandria di mesir, Antioch di suria jundysyapur di Mesopotamia dan Bactra di Persia. Al-kindi bukan hanya filosof tetapi juga ilmuan yang menguasai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada dizamannya. Al-kindi berpendapat bahwa antara falsafat dan agama tidak ada pertentangan. Ilmu tauhid dan ilmu teologi adalah cabang termulia dari falsafat. Falsafat membahas kebenaran atau hakikat. Filosof besar kedua ialah Abu nashr Muhammad ibn tarkhan ibn uzlagh al-farabi, anak seorang panglima perang dinasti samani yang dapat memperoleh kekuasaan otonom atas daerah transoxania. Kalau Al-kindi mendapat gelaran failasuf Al-arab, Al-farabi terkenal dengan nama Al-mu’allim Al-sani (guru kedua), Al-muallim Al-awwal (guru pertama) adalah aristoteles.

BAB X
Aspek mistisisme

                Sudah disebutkan bahwa ada segolongan umat islam yang belum merasa puas dengan pendekatan diri kepada tuhan melalui ibadat, sholat, puasa dan haji. Mereka ingin merasa lebih dekat lagi dengan tuhan. Jalan untuk itu diberikan oleh al-tasawuf. Al-tasawuf atau sufisme ialah istilah yang khusus dipakai untuk menggambarkan mistisisme dalam islam.
                Tujuan dari mistisisme, baik yang didalam maupun yang diluar islam, ialah memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat tuhan. Intisari dari mistisime, termasuk dalamnya tassawuf, adalah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan, dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran itu selanjutnya mengambil bentuk rasa dekat sekali dengan tuhan dalam arti bersatu dengan tuhan yang dalam istilah arab disebut ittihad dan istilah inggris mystical union.

BAB XI
Aspek pembaharuan dalam islam

                Kata yang lebih dikenal dan lebih popular untuk pembaharuan ialah modernisasi. Modernisasi dalam hidup keagamaan di barat mempunyai tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama katolik dan protestan dengan ilmu pengetahuan dan falsafat modern. Aliran itu akhirnya membawa kepada sekularisme di barat. Perlu diingat bahwa ada ajaran-ajaran yang bersifat mutlak yang tak dapat diubah-ubah. Yang dapat diubah hanyalah ajaran-ajaran yang tidak bersifat mutlak, yaitu penafsiran atau interpretasi  dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak itu. Pembaharuan dapat dilakukan mengenai interpretasi atau penafsiran dalam aspek-aspek teologi, hukum, politik, dan seterusnya dan mengenai lembaga-lembaga.



Penutup
Setelah meninjau islam dari berbagai aspeknya dapatlah kiranya dirasakan ruang lingkup islam tidaklah sempit malahan luas sekali. Dan dapat pula kiranya dipahami bahwa kalau disebut islam, yang dimaksud islam bukanlah hanya ibadah, fiqh, tauhid, tafsir, hadis dan akhlak. Pengertian islam lebih luas dari itu, termasuk di dalamnya sejarah, peradaban, falsafat, mistisisme, teologi, hukum, lembaga-lembaga dan politik. 
Dalam garis besarnya apa yang terkandung dalam pengertian islam dapat dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok ajara dan kelompok non-ajaran.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar