Ada beberapa alasan kenapa anak suka menggigit, seperti dikutip dari Pediatrics, Rabu (9/9/2009):
1. Dalam tahap eksplorasi.
Bayi dan anak yang baru bisa berjalan akan belajar melalui sentuhan,
penciuman, apa yang didengar dan apa yang dirasakan. Jika orangtua
memberikan suatu barang baru maka anak akan memasukkannya ke dalam
mulut, hal ini biasa dilakukan oleh semua anak-anak. Dan kebiasaan
tersebut biasanya terbawa hingga suka menggigit orang.
2. Jika ingin tumbuh gigi.
Anak usia 4 sampai 7 bulan merupakan usia seorang anak mulai tumbuh
gigi. Gusi yang bengkak atau gatal akan memberikan perasaan tidak nyaman
pada anak, sehingga anak akan mencari pelampiasan untuk terbebas dari
perasaan tidak nyaman itu yang kadang obyek yang digunakannya adalah
orang.
3. Karena ingin protes terhadap sesuatu.
Pada anak usia sekitar 12 bulan lebih akan mencari sesuatu yang
menarik dan bisa membuatnya senang. Misalnya dengan memainkan sendok dan
menjatuhkannya ke lantai atau membuang mainannya. Namun hal ini
biasanya memicu kemarahan orangtua dan melarang hal tersebut. Untuk
menunjukkan bentuk protesnya biasanya anak-anak akan menggigit
orangtuanya atau berteriak dengan keras.
4. Mencari perhatian orang.
Saat anak berada pada situasi dimana anak-anak tersebut tidak
menerima perhatian yang cukup, maka anak akan mencari cara agar
diperhatikan oleh orang yaitu dengan cara menggigitnya. Karena anak
percaya bahwa cara ini cukup efektif untuk bisa mendapatkan perhatian
dari orang lain.
5. Meniru apa yang dilihatnya.
Anak-anak akan meniru apapun yang dilihatnya. Jika anak sering kali
melihat tayangan atau kelakuan orang-orang yang suka menggigit, maka hal
tersebut akan ditiru oleh anak. Karena anak-anak menganggap hal
tersebut bukanlah sesuatu yang berbahaya.
6. Mau mendapatkan apa yang diinginkannya.
Anak-anak berusaha untuk bisa mewujudkan semua keinginannya dan anak
percaya bahwa menggigit adalah cara yang paling efektif untuk bisa
mengontrol yang lainnya. Seperti jika menginginkan mainan atau teman
bermainnya pergi dan membiarkannya sendiri, menggigit adalah cara
tercepat untuk bisa mendapatkan apa yang diinginkannya.
Untuk menghentikan kebiasaan tersebut tidak bisa dengan cara yang
keras, karena jika anak semakin dimarahi maka anak akan membuat
kebiasaan tersebut semakin menjadi-jadi. Cara yang paling efektif adalah
dengan berbicara secara baik-baik, gunakanlah kata-kata yang positif
dan persuasif sehingga anak mau mendengarkan.
Jika mencari perhatian adalah alasan utama anak suka menggigit, maka
orangtua harus memberikan waktu yang lebih banyak bersama sang anak,
bisa dengan membacakan buku cerita atau bermain bersama.
Salah satu kemungkinannya karena ia belum pandai bicara alias
mengekspresikan keinginannya. Tapi bisa juga karena ia meniru seseorang.
“Tadi Mas Adit nggigit temannya lagi, Bu,” begitu lapor sang
babysitter sepulang mereka main sore di taman. Ibu Adit yang mendapat
laporan seperti itu, jadi marah, “Adit, Mama, kan, sudah bilang, tidak
boleh mengigit!” Yang dimarahi cuma tertunduk lesu. Kenapa Adit punya
kebiasaan menggigit? Menurut psikolog Dra. Ery Soekresno , perilaku itu
merupakan suatu ekspresi emosi. “Anak tahu, kok, kalau ia menggigit,
korbannya merasa sakit. Hanya saja, ia tak tahu harus berbuat apa. Nah,
satu-satunya cara, ya , menggigit.” Halus kasar gigitannya, kata Ery,
juga tergantung tingkat emosi anak. “Kalau dia jengkel betul, si korban
bisa digigitnya sampai berdarah. Ia juga akan mencari tempat yang paling
gampang untuk digigit seperti bahu atau pipi.”
Dikatakan sebagai ekspresi emosi, tambah Ery, karena si anak merasa
jengkel, marah, atau frustrasi. Bisa juga karena ia perlu perhatian,
capek, dan lainnya. Jadi, emosi yang diekspresikannya, bersifat negatif.
Nah, karena ia masih kecil, belum pandai berkata-kata untuk
mengungkapkan rasa tak enak dalam dirinya, “Ia pun menggigit sebagai
cara yang paling cepat yang dilakukannya. Jadi, menggigit itu pun
sebenarnya sebagai alat komunikasi pada anak.”
Selain itu, menggigit juga dijadikan sarana sebagai cara memecahkan
masalah jika ia dalam keadaan terjepit. Saat sedang asyik main,
misalnya, tiba-tiba mainannya direbut temannya. Karena marah dan tak
tahu bagaimana cara mendapatkan mainannya kembali, si teman digigit agar
mainannya lepas dari tangan si teman. Dengan kata lain, “Ia menggigit
sebagai cara untuk mempertahankan diri,” jelas lulusan Fakultas
Psikologi UI ini
Photo taken by : me
location : madrasah mu'allimaat muh YK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar